Pages

Ngobrol gado-gado

Senin, 26 Mei 2014

Ketika Aku Memilih Pergi

Ketika aku memilih pergi, bukan karna aku sudah melupakanmu. Bukan. Bukan itu.
Hanya saja, aku ingin kau berbahagia dengan ketidakhadiranku.

Ketika aku memilih pergi, bukan karna aku sangat ingin pergi. Percayalah, aku susah payah bernafas menahan rindu yang tak bersuara padamu.

Ketika aku memilih pergi, bahkan cahaya matahari yang terang benderang ku anggap sendu. Redup. Karena cahayaku mati. Kamu.

Ketika aku memilih pergi, percayalah bahwa hatiku patah.
Patah sampai menjadi serpihan-serpihan kecil yang aku yakini akan sulit untuk ku sambung-sambungkan kembali.
Aku tidak akan mengeluh, walaupun hatiku kelu.

Ketika aku memilih pergi, jiwaku serasa menolak untuk berada didalam ragaku. Memberontak. Merongrong kesakitan. Berteriak meminta ampun, meminta sebelah hatiku kembali. Hati yang kini milikmu, tanpa pernah kau tahu bahwa hati itu tidak ingin beranjak darimu. Kubiarkan setengah hati yang kubawa pergi berdarah-darah tanpa pun aku berniat untuk mengobati dan membalutnya.

Ketika aku memilih pergi.....adakah kamu merindukanku?

Selasa, 06 Mei 2014

Rumah

Terkadang, suatu hubungan bisa diibaratkan sebagai rumah. Rumah yang bagus, tentu saja berpondasi yang kuat. Rumah yang tampak terawat dari luar, belum tentu didalamnya juga begitu.

Rumah, sebagaimana yang kita ketahui adalah tempat kita berteduh dari sengatan matahari yang luar biasa, dari dinginnya malam yang menusuk tulang-tulang, atau hujan deras yg membasahi tubuh yang membuat tidak nyaman.
Rumah adalah tempat kita bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman, melepaskan segala penat setelah seharian menjalani hidup yang kadang berat.