Cikidang, 24 Februari 2011
Onye, motor Beat berwarna Onye yang adalah 'pacar' saya
Kekompakkan kami yang tidak akan lekang oleh jarak #eaa
Dalam perjalanan pulang Bogor, kami menyempatkan istirahat sejenak di punak Cikidang sambil menikmati sejuknya daerah pegunungan. Anis saat itu berkomentar, "gue pengen cepet-cepet balik nih." Dan saya saat itu cuma mengangguk setuju. Ga sabar pengen cepet-cepet nyampe kost-an. Beberapa saat kemudian kami mulai melaju lagi dijalanan Cikidang. Kondisi jalan dengan tanjakan dan turunan curam, serta belokan tajam membuat saya sedikti was-was dengan cara Anis mengendarai motor yang kadang berbelok dengan tajam (half step).
"Slow men." Cuma itu yg saya bilang, sambil tetap berpegangan di bahu Anis.
3 belokan sebelum tempat kejadian perkara, firasat saya mengatakan sebentar lagi kami akan jatuh. Dan benar saja, belokan ke-3 Anis uda ga bisa menguasai motor lagi karna tiba-tiba ada lubang besar dijalan, dan dari arah berlawanan ada motor yang (untungnya) melaju perlahan.
dan, BRUAKKKKKK....
Kejadiannya begitu cepat, seketika saja saya udah ada diatas punggung Anis, dengan kepala (baca: helm) terbentur Aspal. Begitu menyadari, saya langsung menjatuhkan diri ke samping dan melihat darah keluar dari mulut Anis.
"Nis, lo ga pa pa?" yang ditanya cuma diam.
GA berapa lama, Gemblong dan entah Lucky atau siapa yang motornya tepat dibelakang kami langsung lari dan mengangkat saya, bermaksud menidurkan saya di bale di warung terdekat. Saya yang masih sedikit shock megap-megap karna tali helm yg belom dilepas (dan seseorang mengangkat kepala saya tanpa melepaskan helm), mencekik leher saya.
Gemblong, sang 'Mermaid' penyelamat |
Setelah ditidurkan, entah siapa yang menumpahkan banyak betadine ke telapak tangan saya karna panik dengan darah yg banyak tercecer di jaket saya. Saat itu saya liat Anis yg menatap saya, mungkin dengan perasaan bersalah. Heran, kenapa anak-anak malah panik dengan kondisi saya sedangkan Anis dibiarin sibuk ngumpulin cumi-cumi yang dibelinya di Pelabuhan Ratu diperjalanan pulang tadi.
Anis, sebelum 'patah'. Sayangnya gue ga nemu foto 'semasa patah' |
Anis pula yang langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.
Setelah shock saya reda, barulah dengan dibonceng Bangkit dan Fera dibelakang kami menyusul ke RS. TApi kemudian saya terheran-heran ketika Bangkit membelokkan motor ke sebuah praktik bidan, dan berusaha tertawa dengan mulut tertutup karna ternyata Anis dibawa ke bidan! hahahaha... Emang mau ngelahirin apa?!
Akhirnya, setelah dirawat sebentar di Rumah Sakit di Sukabumi, kami di rujuk ke Rumah Sakit PMI Bogor karna peralatan untuk scan sudah tutup sore itu. Dan omongan ceplas ceplos kocak si Bangkit menemani perjalanan kami, dimulai dari omongan Bangkit yang bilang "kasian 'dedek' gue kalo jalan turunan, ke tekan di tangki motor". Asal tahu saja, motor gede yang dikendarain Anis membonceng kami bertiga dari Sukabumi ke Bogor, sedangkan Anis dibawa dengan motor matic kecil dimana motor tersebut dikemudikan Egi yang bertubuh besar dan Danu yang bertumbuh jangkung. Agak aneh emang, kami bertiga yang kecil-kecil naik motor gede sedangkan mereka yang besar-besar malah naik motor matic kecil. Hahaha...
Sesampainya di RS PMI Bogor, kami segera di rujuk ke bagian CT-SCAN.. Alhamdulillah, dari hasilnya saya tidak mengalami dislokasi rahang seperti yang dikhawatirkan. Bertentangan dengan Anis yg mengalami patah tulang rahang dan dagu dijahit, dan semasa hidupnya, eh maksudnya semasa hidup skripsinya dia harus make behel kawat (behel kawat disini maksudnya bener-bener kawat gede yg dipasang untuk nahan rahangnya) dan jalan yang kayak bebek abis dipanen bulunya. Ahahaha..
Gimanapun. cerita ini bakal kami kenang sampe kapanpun. Cerita yang menjadi saksi persahabatn kami. :)
Fera |
Bangkit |
Gimanapun. cerita ini bakal kami kenang sampe kapanpun. Cerita yang menjadi saksi persahabatn kami. :)
Danu dan Gemblong |
Lindu dan Bangkit |
Cewek-cewek tangguh petualang :p |
Bola pantai :D |
Yakk..!! Inilah kami sehari sebelum kejadian..:) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar