Pages

Ngobrol gado-gado

Kamis, 07 Januari 2016

Mutiara di Gorontalo Utara

Pada tanggal 26 Agustus 2015, saya mempergunakan sisa cuti tahunan saya untuk mengeksplor Gorontalo Utara. Kabupaten yang berada di Utara Gorontalo ini hanya ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit dari Kota Gorontalo. Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Mohinggito. Cukup 45 menit menggunakan kapal/katinting yang biasa di charter dari Pelabuhan Kwandang, dengan letak yang berdekatan dengan Pulau Saronde dan Pulau Bugisa. Untuk 2 hari, biaya yang kami keluarkan untuk menyewa perahu katinting cukup 400 ribu rupiah, dengan 'menepi' di 3 pulau sekaligus yaitu Pulau Mohinggito, Pulau Bogisa, dan menginap di Pulau Saronde 
Pasir di Pulau Mohinggito sangat halus seperti tepung. Terdapat atol dengan keindahan bawah laut yang cukup bagus, membuat Pulau Mohinggito cukup worthy untuk di kunjungi. Saya kegirangan begitu kaki menjejak dan tenggelam di pasir tepung itu. Dalam rangka berusaha mencari spot yang bagus untuk difoto, kami harus naik ke atas bukit. Medannya yang terjal cukup sulit untuk ditembus, belum lagi rambatan tumbuhan yang menutupi jalan. Sayangnya, kami tidak menemukan spot yang bagus untuk difoto, tertutupi oleh pepohonan. Dengan kecewa, kami menuruni lagi bukit tersebut kali ini harus lebih ekstra hati-hati. Niat awal untuk snorkeling disini batal karena hari mulai sore. Kami ingin mengejar sunset di Pulau Bogisa. Setelah puas berfoto-foto, kami menaiki perahu dan pindah ke Pulau Bogisa yang hanya berjarak sekitar 10 menit.
Kami terkagum-kagum dengan keindahan Pulau Bogisa. Keunikan paling menonjol dari pulau ini adalah pantai dengan pasirnya yang memanjang ke luar pulau. Pulau Bogisa juga adalah lokasi yang sempurna untuk penikmat sunset, karena matahari jatuh tepat didepan pulau tanpa dihalangi oleh apapun. Saya dengan cepat berjalan ke pulau utama, naik ke batang pohon yang tumbang dan berusaha menemukan gambar yang bagus dengan menggunakan kamera smartphone saya dengan kekuatan kamera hanya 8 MP. Dari kejauhan, kawan saya sedang asik mengumpulkan karang-karang kecil yang berwarna merah. Lucu.
Kami menikmati Pulau Bogisa sampai matahari tenggelam, dan pindah ke Pulau Saronde yang hanya berada tepat didepannya dan berjarak 10 menit. Kami bertemu dengan kawan kami, dan 2 bule Spanyol yang sedang honeymoon. Kami memilih kamar di atas laut seharga 300 ribu/malam tapi tidak terdapat toilet dan kamar mandi didalamnya. Jadi untuk urusan yang satu ini, kami harus ke toilet yang berada di darat. Selain kamar diatas laut, terdapat pula beberapa kamar darat yang ruangannya lebih besar dan terdapat kamar mandi di dalamnya. Selain restoran, di Pulau Saronde juga ada hall yang bisa digunakan sebagai tempat pertemuan sekaligus ruang karaoke. Disekitaran Saronde saya tidak mendapatkan tempat yang bagus untuk Snorkeling.
Shubuhnya, saat kami sedang menunggu Sunrise, terdapat insiden dimana hp Samsung Galaxy S5 kawan saya tercebur ke dalam laut dengan kedalaman sekitar 2 meter. Saat itu hanya saya yang bisa freedive sampai bawah, karena teman saya yang lain masih tertidur nyenyak. Berbekal alat snorkeling, jam 05.30 saya nyebur ke dalam air laut yang dingin dan mulai menyelam mencari hp dengan masih memakai baju tidur celana panjang yang identik dengan nama 'babydoll'. Awalnya saya tidak memakai fin, sampai ketika kaki saya menendang kayu penyangga jembatan dan mulai berdarah hebat. Hanya butuh 1 kali freedive dengan fin, hp tersebut sudah berada di tangan saya. Se-shubuh itu saya sudah 'mandi', dengan darah yang tidak berhenti mengucur dari kaki-kaki saya.
Tidak sampai 1 jam, kami sudah berada diatas perahu. Bersiap kembali ke Pelabuhan Kwandang, dan melanjutkan perjalanan ke Pulau Huha. Hanya sekitar 30 menit dengan berkendara ke Kecamatan Tomilitio. Sebenarnya tukang perahu menawarkan untuk langsung ke Huha dari Pulau Saronde dengan tambahan 200 ribu rupiah. Tapi mengingat kondisi laut yang masih musim angin timur, kami mengurungkan niat tersebut. 
Sedikit perjuangan untuk bisa tiba disini. Kami harus berjalan kaki dari batas jalan aspal didepan markas TNI AL, meninggalkan kenyamanan kenderaan. Setelah berjalan sekitar kurang lebih 2-3 kilo (menurun dan mendaki) dengan matahari menyengat menghisap habis energi, akhirnya kami tiba di desa Mutiara Laut kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara. 
Setelah negosiator handal kami berhasil melobi perahu ke Pulau Huha dengan harga murah, kami mulai menyeberangi lautan dgn perahu kecil yang sesekali kemasukan air. Semuanya tetap tenang, karna berpikir jika kejadian terburuk bisa terjadi, kami bisa menyelamatkan diri masing-masing. 
Dan yallaaaa... Pulau Huha yang indah, dgn pasir putir dan air laut yang tersusun menjadi 3 warna. I highly reccomended this island for camping. Kayaknya seru aja pas bangun tidur, pemandangannya seperti ini. Disini kami hanya duduk-duduk mengobrol. Terlalu capek untuk melakukan aktifitas dalam air setelah 2 hari berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau yang lain. Tapi puaaasss dengan lokasi exploring kami di Gorontalo Utara, pulau yang ke 4 ini. Penutup yang sempurna untuk trip singkat kami.

1 komentar: