Pages

Ngobrol gado-gado

Minggu, 26 Februari 2012

Tragedi Cikidang

Cikidang, 24 Februari 2011

Yoppp.. Saya memberikan judul 'Tragedi Cikidang' untuk entri kali ini, mengingat hari ini, tanggal 26 Februari 2012, adalah tepat setahun tragedi yang kami alami di puncak Cikidang.Sebenarnya bukan tragedi besar sih, cuma sebuah kecelakaan kecil dimana yang menjadi korban adalah saya sendiri, Anis Rifai, Onye dan beberapa ekor cumi-cumi. Ha ha..

Onye, motor Beat berwarna Onye yang adalah 'pacar' saya

Sebelumnya saya tidak akan ingat tentang hari ini, kalau saja Anis tidak tiba-tiba mengirimkan pesan melalui Blackberry Messenger yang isinya tentang kejadian tepat setahun lalu. Dan oleh karenanya, saya me-review lagi kejadian tersebut, dan membahasnya di tweet saya. Tidak menyangka, banyak yang menganggapnya itu sebuah kejadian lucu. hahaha.. Padahal kalo mereka ada di tempat kejadian, belom tentu akan dianggap lucu pula. Butuh waktu sehari, kemudian akan ikut tertawa mengingat kejadian ini.
Kembali akan saya ulas lagi di blog saya ini.


Kekompakkan kami yang tidak akan lekang oleh jarak #eaa

Waktu itu, kami sekelas sedang mengadakan tour yang emang biasa kami lakukan saat liburan, atau saat ada kesempatan. Saat itu ide datang dari kawan-kawan sekelas yang belum mengambil MK PLKH (Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum), mereka ingin mengadakan acara jalan-jalan untuk kami yang sudah menyelesaikan PLKH dan sedang menyusun skripsi. Tujuan kami adalah ke Ujung Genteng, dengan perjalanan sekitar 7-8 jam naik motor. Setelah sekitar 3 hari 2 malam menikmati pemandangan pantai, tepatnya hari Sabtu 26 Februari 2011 kami pulang k Bogor.
Dalam perjalanan pulang Bogor, kami menyempatkan istirahat sejenak di punak Cikidang sambil menikmati sejuknya daerah pegunungan. Anis saat itu berkomentar, "gue pengen cepet-cepet balik nih." Dan saya saat itu cuma mengangguk setuju. Ga sabar pengen cepet-cepet nyampe kost-an. Beberapa saat kemudian kami mulai melaju lagi dijalanan Cikidang. Kondisi jalan dengan tanjakan dan turunan curam, serta belokan tajam membuat saya sedikti was-was dengan cara Anis mengendarai motor yang kadang berbelok dengan tajam (half step).
"Slow men." Cuma itu yg saya bilang, sambil tetap berpegangan di bahu Anis. 
3 belokan sebelum tempat kejadian perkara, firasat saya mengatakan sebentar lagi kami akan jatuh. Dan benar saja, belokan ke-3 Anis uda ga bisa menguasai motor lagi karna tiba-tiba ada lubang besar dijalan, dan dari arah berlawanan ada motor yang (untungnya) melaju perlahan.
dan, BRUAKKKKKK....
Kejadiannya begitu cepat, seketika saja saya udah ada diatas punggung Anis, dengan kepala (baca: helm) terbentur Aspal. Begitu menyadari, saya langsung menjatuhkan diri ke samping dan melihat darah keluar dari mulut Anis.
"Nis, lo ga pa pa?" yang ditanya cuma diam.
GA berapa lama, Gemblong dan entah Lucky atau siapa yang motornya tepat dibelakang kami langsung lari dan mengangkat saya, bermaksud menidurkan saya di bale di warung terdekat. Saya yang masih sedikit shock megap-megap karna tali helm yg belom dilepas (dan seseorang mengangkat kepala saya tanpa melepaskan helm), mencekik leher saya.
Gemblong, sang 'Mermaid' penyelamat
"Blong..Blong..Leher gue! bisa-bisa gue mati karna kecekik tali helm, bukan karna kecelakaan." Seru saya.
Setelah ditidurkan, entah siapa yang menumpahkan banyak betadine ke telapak tangan saya karna panik dengan darah yg banyak tercecer di jaket saya. Saat itu saya liat Anis yg menatap saya, mungkin dengan perasaan bersalah. Heran, kenapa anak-anak malah panik dengan kondisi saya sedangkan Anis dibiarin sibuk ngumpulin cumi-cumi yang dibelinya di Pelabuhan Ratu diperjalanan pulang tadi.
Anis, sebelum 'patah'.
Sayangnya gue ga nemu
foto 'semasa patah'
"Ue kha haha, holong hiat hi Angis. Hia yang farah. Ingi wukan da'ah ue, hapi da'ah hi Angis (Gue ga papa, tolong liat si Anis. Dia yang parah. Ini bukan darah gue tapi dara si Anis) " Sambil menunjuk-nunjuk darah dijaket. Dengan suara sedikit tidak jelas karna rahang yang sakit. Tapi ga ada yang naggapin saat itu. Entah udah yang keberapa kalinya saya ngomong, barulah anak-anak sadar dengan kondisi Anis yg berdarah-darah.
Anis pula yang langsung dibawa ke Rumah Sakit terdekat.
Setelah shock saya reda, barulah dengan dibonceng Bangkit dan Fera dibelakang kami menyusul ke RS. TApi kemudian saya terheran-heran ketika Bangkit  membelokkan motor ke sebuah praktik bidan, dan berusaha tertawa dengan mulut tertutup karna ternyata Anis dibawa ke bidan! hahahaha... Emang mau ngelahirin apa?!
Fera
Akhirnya, setelah dirawat sebentar di Rumah Sakit di Sukabumi, kami di rujuk ke Rumah Sakit PMI Bogor karna peralatan untuk scan sudah tutup sore itu. Dan omongan ceplas ceplos kocak si Bangkit menemani perjalanan kami, dimulai dari omongan Bangkit yang bilang "kasian 'dedek' gue kalo jalan turunan, ke tekan di tangki motor". Asal tahu saja, motor gede yang dikendarain Anis membonceng kami bertiga dari Sukabumi ke Bogor, sedangkan Anis dibawa dengan motor matic kecil dimana motor tersebut dikemudikan Egi yang bertubuh besar dan Danu yang bertumbuh jangkung. Agak aneh emang, kami bertiga yang kecil-kecil naik motor gede sedangkan mereka yang besar-besar malah naik motor matic kecil. Hahaha...
Bangkit
Sesampainya di RS PMI Bogor, kami segera di rujuk ke bagian CT-SCAN.. Alhamdulillah, dari hasilnya saya tidak mengalami dislokasi rahang seperti yang dikhawatirkan. Bertentangan dengan Anis yg mengalami patah tulang rahang dan dagu dijahit, dan semasa hidupnya, eh maksudnya semasa hidup skripsinya dia harus make behel kawat (behel kawat disini maksudnya bener-bener kawat gede yg dipasang untuk nahan rahangnya) dan jalan yang kayak bebek abis dipanen bulunya. Ahahaha..
Gimanapun. cerita ini bakal kami kenang sampe kapanpun. Cerita yang menjadi saksi persahabatn kami. :)



Danu dan Gemblong
Lindu dan Bangkit
Cewek-cewek tangguh petualang :p
Bola pantai :D
Yakk..!! Inilah kami sehari
sebelum kejadian..:)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar