Pages

Ngobrol gado-gado

Kamis, 12 Juli 2012

Traveling to Hongkong & Macau Day #1

Uwwoohhh... Alhamdulillah, ini kali ke dua saya bisa menjelajah beberapa negara lain. Kali ini saya berkesempatan ke Hongkong dan Macau, suatu negara yang masih berada dikawasan Asia dan tentu saja, ehm, bebas Visa. Huahahahaha...
Perjalanan ini dimulai dari tanggal !8 Juni 2012. Dengan tujuan awal Hongkong, melalui Macau. Yap, Macau dan Hongkong hanya terpisahkan laut yang dapat ditempuh selama 45 menit dengan ferry.
Untuk kamu yg melakukan perjalanan ala backpacker (minim budget) mungkin bisa mengadopsi semua ataupun hanya sebagian dari perjalanan saya kali ini.

Sebelum saya menceritakan tentang pengalaman sjalan-jalan saya, adapun itinary yang saya susun adalah sebagai berikut :

Day #1 : (Hongkong)
Jakarta - Kuala Lumpur - Macau - Hongkong

Day #2 :
Ngong Phing Village dan Giant Tan Budha Statue
Nonton Symphoni Of Light

Day #3 :
Jalan-jalan di Hongkong Island
Musseum Wax Maddam Tussaud

Day #4 :
Soho
Shopping

Day #5 : (Macau)
Ruinsof The Church of St. Paul
Largo De Senado
City Dreams
The Venetian

Day #6 :
Macau Fisherman Wharfs
Seac Pai Van Park (Macau Giant Panda Pavilion)
Pulang

Okey, saya akan bahas dari hari pertama, yaitu hari Senin tanggal 18 Juni 2012.

Day #1, (Senin, 8 Juni 2012)
Pukul 04.00 WIB saya dan backpackermate saya, Aya, bersiap ke bandara. Kami meluncur dari tempat tinggal aya di Apartmen Permata Senayan. Tidak sampai 20 menit kami sudah tiba di TErminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Maskapai yang akan menerbangkan kami adalah maskapai Air Asia. Kenapa saya menggunakan maskpai ini? Tentunya teman-teman yang selalu bepergian tahu kalo Air Asia selalu memberikan jaminan penerbangan murah baik domestik maupun international. Belum lagi promo-promo yang secara rutin selalu 'dihidangkan' kepada para traveller yang senang bepergian. Kerennya lagi, Air Asia adalah sau-satunya maskapai yang menyediakan layanan self check-in yang pastinya memudahkan kita dalam kelancaran perjalanan. JAdi setelah check in sendiri menggunakan mesin touchscreen yang menyerupai mesin cetak foto instan yang berada di outlet-outlet percetakan foto, kami segera masuk ke ruang tunggu keberangkatan. Ohya, terhitung mulai 1 Januari 2012, pemerintah membebaskan para traveler  lokal yang akan ke luar negeri dalam urusan ke-imigrasi-an. MAksudnya, kita ga perlu lagi repot-repot menulis kartu keluar imigrasi. Soalnya tahun kemarin, pada saat saya melakukan perjalanan untuk pertama kalinya keluar negeri (baca: My First Backpacking) kami masih diwajibkan mengisi kartu keluar.
Air Asia adalah penerbangan murah, jadi di Kuala Lumpur pesawat ini akan 'parkir' di LCCT (Low Cost Carrier Terminal). Sedangkan untuk penerbangan mahal, akan langsung ke terminal mewah KLIA (Kuala Lumpur International Airport). Letaknya sebenernya hanya bersebrangan.
Penerbangan kami bukanlah penerbangan direct ke Macau, melainkan harus menunggu beberapa jam lagi di LCCT Kuala Lumpur. Alasannya, untuk menekan biaya perjalanan. Lumayan perbedaannya bisa mencapai 1 juta rupiah untuk penerbangan return (PP). BErangkat pukul 06.25 WIB, dan tiba pukul 09.25 waktu setempat (Malaysia lebih cepat 1 jam daripada WIB). Tiba di LCCT, kami bergegas ke OLDTOWN White Coffe untuk makan pagi sekaligus makan siang, sore, malam (ehm). Saya memesan nasi lemakatau yang biasa disebut nasi uduk oleh orang Indonesia. Harganya lumayan, 10.50 MYR dengan air putih seharga 1.20 MYR, tapi ketika dibayar ternyata harga air minumnya lebih mahal. Ternyata yg saya pesan adalah "air mineral", bukan "air putih". Hal sepele dinegara kita, yang ternyata beda di negara orang. Ingat, kalo pesan kudu bilang "air putih" jangan bilang "air mineral" karna harganya lebih mahal yaitu 4.50 MYR.
Setelah self check-in, Pukul 14.25 pesawat kami lepas landas menuju Macau. Aya, seperti biasa si tukang makan, ga tahan nahan lapar dan memilih untuk memesan makanan didalam pesawat. Zzz...
Pukul 18.20 waktu setempat, kami tiba di Aeroporto Internacional De Macau. Seharusnya di Indonesia langit sudah gelap, tapi di Macau masih seperti jam 5 sore. Masi terang !!
Selepas mengurus imigrasi, saya dan Aya naik taksi untuk ke Ferry Terminal untuk menyebrang ke Hongkong. Ferry Terminal ini berada di 'pulau' lain yang diihubungkan oleh jembatan panjang. Berkomunikasi dengan warg a Macau harus lebih sering menggunakan bahasa tubuh karna rata-rata warga Macau tidak bisa berbahasa inggris. Berlaku juga dengan kami yang menyebutkan tujuan dan tawaran harga. Ga perlu bingung, tinggal sebut "ferry" dan acungin jari dengan jumlah penawaran. Sebelumnya kami dengan kasar ditolak oleh taksi pertama karna menawar terlalu murah, dengan galaknya mengusir-usir kami sambil berteriak-teriak "cannot..cannot..". Ohya karna Hongkong dan Macau mempunyai kurs yang sama, jadi uang Hongkong bisa digunakan di Macau. Tapi tidak berlaku sebaliknya. Jadi siapin saja dollar Hongkong tanpa perlu repot-repot nukar ke uang Macau. Harga taksi tadi adalah HKG $ 60. Sebenarnya ada 2 alternatif untuk ke Ferry, yaitu selain dengan taksi bisa juga menggunakan bus dengan nomor AP1 yang berada disebelah kiri setelah keluar dari terminal. Tapi karna kita tidak punya koin (karna sopir tidak akanmemberikan kita kembalian kalo duitnya gede), kita memilih untuk naik taksi saja.
Setiba di Ferry yang ahanya berjarak 10 menit, hanya ada 2 nama ferry yang menuju Hongkong. Yaitu Turbo Jet (tujuan Hongkong Island) dan First Ferry (Tujuan Tsim Sha Tsui). Harga tiket ferry ini berbeda, juga berbeda untuk keberangkatan siang atau malam. Karena hostel kami berada di Nathan Road yang ada di daerah TST, jadi kami memilih FIrst Ferry dengan harga tiket 154 HKD.
Setelah beli tiket, kami berlari kecil karena katanya ferry yang akan kami tumpangi akan segera berangkat. Masuk ke 2 tempat pemeriksaan (pemeriksaan terakhir kita diberi nomor seat), dan menuju imigrasi (YANG GALAK. Kayaknya petugasnya ga bisa bahasa Inggris karena dia cuma nunjuk-nunjuk ga jelas dan mengusir2 saya dengan galaknya tanpa ngasih tau maksudnya apa). Setiba di ferry, kami segera duduk manis. Pada dasarnya kita bisa memilih seat yang manapun, asalkan seat tersebut tidak ditempati oleh sang pemilik asli seat-nya. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit. Saya mabok. Aya, backpackermate saya, muntah sebanyak 3 kali. Saya dengan tenaga seadanya memijit-mijit punggungnya. Langkah yang salah! Karna sayapun hampir saja muntah! Mungkin karna kami kecapekan dan kurang tidur, kondisi tubuh jadi ga stabil (boong).
Setelah terombang-ambing tidak jelas dan hampir putus asa dan hampir memilih untuk tenggelam dalam lautan cinta (abaikan) akhirnya sampai juga di pelabuhan ferry di daerah Kowloon. Jangan harap perjuangan kita sampe disini kawan. Kami harus mencari lagi Chunkin Mansion tempat kami akan menginap. Sebelumnya, kami harus mencari Nathan Road dulu. Syukurlah saya sudah search 'how to go there' dari pelabuhan ferry. Ohya by the way kami masih harus kebingungan dimana kami harus keluar dari terminal Ferry. Karna terminal ferry ini ternyata adalah Mall!!
Setelah kebingungan dan naik turun eskalator, akhirnya nemu juga pintu keluarnya. Dan oh, hujan saudara-saudara. Tapi hujan di Hongkong tidak pernah selebay hujan di Indonesia. Ga sampai 5 menit menunggu gerimisnya berhenti, kami segera melanjutkan perjalanan. Dari pintu exit berbelok ke kanan, dan di lampu merah pertama kami berbelok ke kiri. Lurus terus sampai menemukan perempatan pertama, nah itulah jalan Nathan Road yang kami cari. Dari plang Nathan Road yang membagi nomor jalan disebelah kanan dan belokan kiri, Chungking Mansion bernomor 36-44 berada disebelah kanan, jadi kami pun berbelok ke kanan. Masih kebingungan mencari-cari gedung Chungking Mansion, ternyata kami sudah melewati gedung yang berada diseberang ini sebanyak 3 kali. Aya dengan tampang hopeless sambil menunjuk tulisan 'Chungking Mansion' yang berada di lampu merah pertama, "Ta, itu dia". Akhirnya.
Didepan gedung banyak orang-orang India yang menawarkan penginapan-penginapan mereka, kami menunjukkan hostel tempat kami menginap dan seseorang menyuruh kami untuk naik lift pertama yang berada disebelah kiri. Sesampainya di lantai 16, kami harus naik ke hostel yang berada di lantai 17 dengan menaiki tangga batu. Tempatnya jorok sekali. Begitu masuk ke dalam hostel, lorong hostelnya hanya muat untuk 1 orang saja. Resepsionisnya adalah seorang cowok India manis yang sangat fasih berbahasa Inggris. And guess what? Si resepsionis ini bilang kalau kamar kami sudah disewakan karna mereka mikirnya kalo kami membatalkan penyewaannya! What?! Dengan sedikit marah, Aya berargumentasi, bilang kalau kami sudah menginformasikan kepada pihak Agoda sebagai perusahaan jasa kalo kami akan datang malam hari. Dan Aya juga menunjukkan bukti-bukti emailnya dengan pihak Agoda kepada resepsionis cowok itu juga kepada pihak pengelola ditelepon. Akhirnya kami diajak turun, dan tiba dilantai bawah kami diserahkan kepada seorang cowok India lain, yang menginfromasikan jika kami dipindahkan ke tempat lain. Sudah lemas, ga punya tenaga lagi untuk berargumen, saya dan Aya pasrah saja sambil didalam hati menebak-nebak kami akan dimintaibiaya upgrade berapa. Setelah tiba di lantai 11, lantai yang kami tuju pun makin lemas karena hotel yang akan kami tempati sebagai ganti oleh sebelumnya adalah hotel baru dengan lorong lebih luas, dan wuala!! Kamarnya sangat bersih, toilet super baru, plus ada tv dan AC (dimana hostel sebelumnya kami hanya memesan kamar tanpa tv dan fan). Dengan suara pelan, saya menanyakan kepada Shamir (nama cowok India si resepsionis) berapa biaya tambahan untuk upgrade kamar ini. Dan dengan senyum manis (saya merasa senyumnya sangat manis saat itu !) dia menjawab, "Its Free." WOOWW!! How lucky !! Segera saya melompat ke atas tempat tidur single bed (di kamar sempit ini ada dua tempat tidur single bed) yang ternyata tidak seempuk dalam bayangan saya. Tapi tidak apa, hal lain yang ada di kamar ini menutupi satu bagian minusnya. Mwahahaha.. 
Kamar Hostel yg sempit tapi bersih


Berbeda dengan saya, Aya memilih untuk cepat-cepat berada dibawah shower dengan water heater. Mungkin begitulah cara dia menghilangkan capek. Terserahlah. Yang panting saya bisa berkenalan dengan bantal yang akan menemani kurang lebih selama 3 hari kedepan. Yiaaattttttt!!!
Ohya, nama hotel ini adalah Marrigold Hostel (Semoga saya dapat fee karena promosiin hotel mereka. Mwahahaha...)
Sejam kemudian, setelah Aya (dan saya) kelar mandi, kami memutuskan untuk cari makan malam dan sekaligus beli Octopus Card. Kartu ini bisa dibeli disemua stasiun MTR. Fungsi kartu ini keren banget, selain bisa untuk naik MTR, juga bisa dipakai sebagai alat pembayaran Bus, Tram, Ferry, juga bisa sebagai alat pembayaran di toko-toko seperti contoh 7 Eleven, atau toko roti (yang saya lupa namanya) di daerah Ngong Phing. Keren kan? Coba Indonesia bisa nerapin kartu semacam ini. Mungkin kartu Flazz Card BCA bisa, cuman kan tidak termasuk kereta apai, atau bus patas. Ditempelin dimana? Di jidat petugas? Yang ada di tampol. *Randomly me*
Stasiun MTR terdekat berjalan kurang lebih 15 meter, belok kanan saat keluar dari gedung Chungking Mansion. Ini adalah pintu Exit G, sedangkan yang berada di sebelah kiri gedung itu adalah pintu Exit L2, dan diseberangnya pintu Exit MTR E. Bingung? Tidak juga. Asal kalian bisa hafal pintu keluar yang terdekat dari tempat kalian menginap atau tempat tujuan. Karena masing-masing pintu exit keluar di bagian berbeda. Hemm..
Octopus Card
Setelah tiba didepan mesin tiket yang menyerupai mesin ATM, kami masih kebingungan bagaimana menggunakannya. Aya berinisiatif bertanya kepada seorang cowok penduduk Hongkong yang kebetulan lewat. Cowok ini mnjadi hiburan tersendiri karna dia menjelaskan kepada kami dengan ekspresif banget, seperti lagi baca komik Jepang yang ekpresinya lebay ituuhh. Hahahaha...
Okay, jadi intinya, pertama kita harus datang ke petugas yang berada di loket, disini kita akan diberi pula MTR MAP. Kemudian, mengisi saldo di kartu tersebut. KEmbali lagi ke mesin tiket dan mengikuti instruksi yang diberikan di layar mesin tersebut. Hari itu saya mengisi saldo 200 HKD, sedangkan Aya sebesar 250 HKD. Yap, budget yang dia bawa emang jauh diatas saya. :|
Untuk awalnya, saya mencoba membeli air mineral di 7 Eleven yang ada di stasiun MTR bawah tanah tersebut dengan menggunakan Octopus Card. Saya membeli air mineral isi 5 liter, karena Hostel saya menginap tidak menyediakan air minum untuk kami.
Mungkin karena sudah kecapekan, kami mengurungkan niat untuk mencari makanan halal untuk jadi santapan malam kami. Kami memilih untuk segera pulang ke Hostel untuk berisitirahat. Namun bukannya berisitirahat, saya malah asik bbm-an, twitter, dan FB-an menggunakan smartphone saya karena ternyata wifi di Hostel itu super kenceng !! Whoaa.. !!
Pukul 11 waktu setempat baru lah saya dapat memejamkan mata dan tertidur. Zzzzzzzzzz......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar