Pages

Ngobrol gado-gado

Rabu, 18 Juli 2012

Traveling to Hongkong & Macau Day #5

 Day #5 (Hongkong - Macau)
- Senado Square (Largo de Senado)
- Ruins of The Church of St. Paul
- City Dreams
- The Venetian

Pagi ini rencananya kami akan meninggalkan Hongkong dan bertolak ke Macau. Sebelumnya, saya menyempatkan diri membeli tas untuk oleh-oleh untuk mama.
Setelah mutar-mutar seputaran Nathan Road dan tidak menemukan tas bermerk dengan harga yang cukup untuk kantong saya, kami kembali lagi ke Hostel untuk mengambil barang bawaan. Mengucapkan terimakasih kepada resepsionis seorang wanita India (yang meminta kami untuk memberikan review tentang hostel mereka), kami turun dan sarapan di KFC. Setelahnya, kami menyeberangi jalan dan berjalan ke arah Ferry Terminal yang akan membawa kami ke Macau. Setelah membeli tiket dengan harga yang sama saat kami datang ke Hongkong, kami menuju Ferry penyeberangan yang ternyata sudah bersiap akan berangkat. Sebelumnya kami meminta tempat duduk yang agak ke depan dan sebelah jendela, mengingat penyeberangan sebelumnya kami mabok laut. Setelah menulis kartu masuk imigrasi, kami mulai duduk dengan nyaman di kursi kapal yang emang nyaman itu.
Dan benar saja, tempat duduk yang nyaman, kapal yang bersih, bau kapal yang tidak terlalu mencolok, pemandangan sepanjang perjalanan tidak membuat 45 menit kami seperti di neraka. Malahan kami tertidur dengan pulasnya selama beberapa menit, sampai akhirnya tiba di Terminal Ferry Macau. Hari itu ramai sekali. Kami sampai harus antri selama hampir sejam.Tidak ada masalah yang berarti di keimigrasian. Begitu keluar dari terminal, kami mengambil map dan beberapa brosur tentang Macau di Informasi terminal. Kemudian kami berjalan ke arah luar terminal, dan menuju pemberhentian bus. Di pemberhentian ini banyak bus-bus perwakilan hotel-hotel besar seperti The Venetian, Grand Lisboa, Wynn, City of Dreams dan beberapa hotel lainnya. Tentu saja bus ini gratis, khusus untuk mengangkut para tamu yang sudah membooking hotel atau ingin menginap di hotel tersebut. Karena kami hanyalah seorang traveler miskin yang sangat tidak mungkin menyewa hotel-hotel tersebut, kami menunggu dari seberang jalan, menunggu bus ke arah hostel kami berada. Nama hostel tujuan kami adalah Sanva Hostel berada di Rua De Felicidade 65-67. Sebelumnya saya telah membooking hostel ini jauh sebelumnya melalui situstersebut. Hotel ini tidak meminta pembayaran full ataupun uang muka dalam pembookingan, sepertinya mereka percaya penuh kepada para calon tamunya. Jadi kita bisa tenang saja meskipun harus membatalkan menginap ditempat mereka. Cuma sebaiknya hal itu tidak dilakukan. :)
Depan Sanva Hostel
Untuk ke Rua de Felicidade, kami harus menunggu bus dengan nomor 10 atau 10A. Agak lama, karena entah kenapa bus yg dimaksud pun jarang muncul. Dan oh ya, tentu saja saat kita menyebutkan nama daerah yang kita tuju, belum tentu sopir busnya mengerti apa yang kita maksud, kecuali kita menyebutnya dalam bahasa kanton. Sebut saja “SunMa Lo” dan mereka pasti akang mengangguk-ngangguk mengeerti. Tapi jangan pikir saya melakukan hal yang sama yahh. Hampir setengah jam lamanya (padahal saya nanya kepada sopir bus dengan nomor 10 yang lebih sering ada daripada 10A, mereka Cuma geleng-geleng kepala begitu saya menyebut nama jalan tersebut dalam bahasa Portugis. Yap, Macau adalah negara bekas jajahan Portugis. Jangan heran Macau disebut juga “The Vegas of The East” karena memiliki pencampuran yangunik antara Cina dan Portugis. Tapi hampir sebagian besar penduduk Macau tidak bisa berbahasa Portugis, terlebih lagi Inggris. Ini akan menjadi petualangan yang nekat, mengingat watak orang Macau tersebut yang seperti saya sebutkan sebelumnya, mereka menyembunyikan kekurangan tidak bisa berbahasa Inggrisnya dengan galak. Mengusir-usir, mendiamkan pura-pura ga ada orang, dan lain sebagainya.
Okey, kembali lagi ke permasalahan bus tadi, setelah lama kebingungan akhirnya ada juga sopir bus yang walaupun tidak bisa berbahas Inggris, tapi mengangguk-ngangguk saat kami menyebutkan nama jalan tersebut.Ohya jangan lupa untuk menyiapkan koin-koin untuk pembayaran bus karena merekatidak akan memberikan kembalian jika kita membayar dengan uang lebih, karenauang pembayaran kita lagsung dimasukkan ke kotak yang berada disamping supir.Harga sekali jalan ini adalah 3.20 MOP/HKD. Yap kita bisa membayar menggunakankoin Hongkong disini. Syukurlah kami punya banyak yang sengaja kami sisakan.Sebenernya, kita bayar dengan 2 HKD pun tidak akan ketahuan, tapi apa kaliantidak malu? Seperti kata pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung.Ikutin aturan, dan jangan mempermalukan diri sendiri dengan sifat hina sepertiitu. (Hihihii..)
Kami berkali-kali menegaskan kepada sang sopir (yangtidak mengerti bahasa kita, hanya bahasa tubuh kita) bahwa beritahukan(menunjuk sopirnya) kepada kami (menunjuk diri sendiri) kalau sudah tibadijalan yang dimaksud (menunjuk map). Sang sopir mengangguk-ngangguk mengerti.YESSS !!!
Ternyata, jalan yang kami maksud tidak begitu jauhdari Senado Square. Bagus ! Kamibisa berjalan-jalan disekitarnya setelah sedikit berisitirahat nanti. Kamiditurunkan di Avenida de Almeida Ribeiro (yap, ini adalah bus stop yang palingdekat dari Rua De Felicidadi –yang sampe sekarang saya tidak tau bagaimanapengejaannya-). Kami menyusuri dari ujung ke ujung jalan tersebut tapi tidakjua menemukan plang dengan nama Sanva Hostel. Saya kembali lagi menyusuri jalantersebut, memastikan, dan meninggalkan Aya menunggui barang-barang kamidipersimpangan jalan, tapi tetap saya tidak menemukan Hostel yang dimaksud. Ketikasaya kembali lagi ke Aya, masih berjarak beberapa meter darinya, diamenunjuk-nunjuk ke bangunan yang tepat disampingnya, bangunan yang halamannyakami pinjami untuk menaruh barang bawaan kami. “Ta, lo gue panggil-panggil daritadi. Ini tempatnyaaaaa..” Saya pun lemes melihat plang hostel berwarna kuningyang memang sedikit tidak terlihat. Kami segera masuk kedalam. Resepsionisberada dilantai 3 gedung tersebut. Kami menaiki tangga sampai keatasnya. Danya, lagi-lagi jangan heran disini ketika sebelumnya membaca email konfirmasibooking dari hotel ini yang berbahasa inggris sangat bagus dan resmi, tapi mendapatibahwa resepsionisnya (seorang nenek tua) sama sekali tidak bisa berbahasaInggris. Dia akan diam seribu bahasa walaupun kita menanyakan apapun. Saya memberikanprint out email konfirmasi booking, dan dia menuliskan nominal angka, danmenunjuk sebuah tulisan china yang mempunyai arti dalam bahasa Inggris yangtelah ditempelkan di meja resepsionis tersebut. Tulisan dalam bahasa china itumempunyai arti bahwa harga yang harus kita bayar adalah sekian. Kemudian diamenunjuk lagi tulisan lainnya tentang  kitayang harus mendeposit uang sejumlah sekian, yang akan dikembalikan saat check out nanti. Lagi-lagi dengan jurusdiam seribu bahasa. Saya mengamati tulisan-tulisan yang ditempelkan tersebut. Ternyatauntuk mempermudah para turis berkomunikasi dengan resepsionis tua-nya,pengelola menempelken ‘kamus’ ini. Hmm.. Cerdas !! Disitu saya menemukan pulakalimat-kalimat yang meminta mereka menyimpan barang yang bisa kita tinggalsementara disini. Baiklah..
Kami kemudian diajak turun ke bawah, dimana kamarkami berada tepat ditangga kayu yang reyot itu. Jangan berpikir hostel kamidibangunan yang terbuat dari semen, karena apapun dimanapun semuanya terbentukdari kayu. Dan kamarnya? Astagaa.. Tapi tidak masalah, mengingat kami hanyaakan menempati kamar tersebut untuk tidur. Tidak masalah pula kalo kamarmandinya berupa share, yang anehnyakamar mandinya kontras sekali dengan keadaan hotelnya, dimana kamar mandinyamasih terlihat baru, dan ada water heaternya pula! Ohya, sekitar jalan Rua deFelicidade ini pernah menjadi salah satu lokasi syuting Indiana Jones menurutyang syaa baca disalah satu artikel traveling.
Setelah istrihat dan mandi, kami berjalanmenyeberangi jalan dan menuju Senado Square. Hari masih siang sata itu, tapilokasi Senado Square sudah sangat ramai dikunjungi oleh para turis. Gedung-gedungdisekitar sini bergaya klasik khas Eropa (padahal belum pernah kesana). Danmenurut saya, turis barat yang sudah tua mungkin lebih ramah daripadaturis-turis lainnya. Sesekali kami berpapasan dengan dua pasangan kakek nenekyang dengan ramah menyapa kami, atau setidaknnya melontarkan sedikitocehan-ocehan lucu. Kami menikmati Senado Square sebentar, sebelum melanjutkanperjalanan ke  Ruins of St. Paul’s. Perjalanan ke atas dengan dikelilingi pusatperbelanjaan, dan sebentar-sebentar melewati Pastelaria Koi-Koi. Sejujurnya walaupun saya ingin sekali memakanegg tart khas Macau ini, tapi saya ragu untuk masuk dan membeli di sini karenatakut salah beli, karena salah satu pastelaria koi-koi yangterkenal itu (PhoenixRolls) merupakan makanan yang berbahan dari parutan daging babi dan rumputlaut. Belum lagi selai menjual pastelaria tersebut, mereka juga menjualbermacam-macam daging olahan babi. Saya ga berani, dan berhasil menghasut Ayauntuk ga beli juga. Hehe..
Suasana menuju Ruins of St. Paul
Saya tidak begitu mengerti tentang sejarah gerejaini, maka saya mengambil salah satu kutipan dari blog yang menjadi salah satureferensi saya untuk membuat itinary sebelum ke sini.
“Ruins of St. Paul, dibangun pada abad ke 16 gereja ini dulunyamerupakan gereja Katolik terbesar di Asia sehingga para jutawan Eropa salingberlomba memberikan hadiah terbaik bagi gereja ini. Tapi dengan menurunnyaperan Macau sebagai pelabuhan penting, harta kekayaan gereja lama kelamaanhabis dan akhirnya gereja ini habis terbakar pada saat typhoon menyerang yanghanya menyisakan tangga dan dinding depan gereja. Saat ini sisa reruntuhannyasudah direstorasi dan dijadikan museum sedangkan dinding depannya dibiarkantegak seperti aslinya dengan ditopang besi baja dan beton dari belakang. Dibagian belakang tersebut terdapat tangga yang memungkinkan orang naik ke atasdan melemparkan koin dari jendela sebagai tanda keberuntungan.
Setelah melewati sebuah pelataran yang luas dan menuruni beberapaanak tangga, dibagian belakang gereja terdapat Museum of Sacred Art &Crypt. Museum ini menyimpan lukisan, patung dan koleksi bersejarah baikdari sisa-sisa peninggalan gereja St. Paul maupun beberapa gereja lain diMacau. Sedangkan di the Crypt terdapat makam pendiri gereja St. Paul dandisepanjang dindingnya tersimpan sisa tulang belulang para martir berkebangsaanJepang dan Vietnam yang mati disalib di Nagasaki karena memeluk agama Katolik.Tiket masuk museum ini adalah gratis” (Sumber:  http://jejakvicky.wordpress.com )
Puas berjalan-jalan disekitar sini, kami makan diPizza Hut yang berada disekitar situ. Interior Pizza Hut ini bikin saya jadirisih, karena seperti memasuki restoran mewah. Dan meamng bener-bener mewah !!Puas makan sampe engap (yang jangan tanya totalnya berapa, yang pentingminumannya refil ampe mabok), kami turun dan mencari bus nomor 10 atau 10Auntuk kembali ke Macau Ferry Terminal. Ngapain? Tentu saja untuk menikmati busgratis ke Venetian !! Hihihi...
Setelah tiba di bus stop depan terminal Ferry,kami menuju terowongan bawah tanah untuk menyeberang ke lokasi tempat bus-bushotel nongkrong. Kami menaiki bus City Of Dreams dimana Venetian beradabersebelahan dengannya. Kenapa kita menaiki bus ini dan bukan langsung memakaibus The Venetian? Karena kami berencana ingin melihat dulu putri duyung menari.Penasaran?
Dengan ramah, seorang wanita cantik yangmenawarkan bus ini menjelaskan tentang rute apa saja yang akan kita lewatin,dan kemudian memberikan sebuah hadiah berupa gantungan kunci bertuliskan CityOf Dreams. Lumayan buat nambah-nambah koleksi saya ! Ohya jangan takut untukmenaiki bus-bus ini, karena semua bus hotel ini gratis selama tujuan kitaadalah hotel mereka.
Lokasi tujuan kita berada di pulau yang berbeda,yaitu di Cotai Strip. Lagi-lagi menurut artikel yang saya baca, City of Dreamsadalah properti seluas 3.9 hektar yang berisi gabungan hotel, casino,apartemen, restoran dan pusat perbelanjaan. Begitu memasuki lobby, tidak adalain yang lebih membuat kagum selain Vquariumnya. Sebuah dinding videosepanjang 19 mt dengan tinggi 6.7 mt ini merubah lobi hotel menjadi sebuahakuarium raksasa yang luas dengan sesekali muncul putri duyung cantik yangmenari. Putri duyungnya seperti beneran saja !! WOOWWW !!!!!!!!!!
Didalam gedung ini juga terdapat wisata lainseperti The Bubble Show seharga MOP/HKD 50. Tapi kami men-skippertunjukan ini mengingat langit sudah gelap, dan kami harus ke The Venetianyang merupakan tujuan utama kami. Kami keluar dari gedung, dan berjalan ke arah The Venetian yang berada diseberangnya. Bgitu keluar dari gedung, kami terkagum-kagum dengan serentetan gedung-gedung lain yang berada diseberangnya. WOW !!
Kami segera masuk ke The Venetian yang gedungnya paling mewah diantara gedung-grdung mewah lainnya. Begitu masuk, kami terkagum-kagum dengan interior dengan penerangan yang membuat seakan-akan dinding-dinding tersebut terbuat dari emas-emas yang berkilauan. Setelah berfoto-foto (norak) seperti biasanya, kami segera menuju tempat tujuan kami : Gondola !! Tapi karena gedung ini begitu luas, kami bertanya kepada petugas yang berdidir di pintu masuk menuju kasino. Setelah menanyakan tujuan kami, si petugas menjelaskan "Jalan yang tercepat adalah memotong ke dalam kasino kemudian naik ke atas melalui eskalator di sebelah pintu keluar kasino ini. Tapi maaf, under 17 years old are not permitted to enter." Butuh waktu 2 detik untuk kami mencerna kata-katanya, dan setelah mengerti yang dipikiran adalah campuran rada tersinggung dan geli pengen ketawa. Saya dan Aya kompak menjelaskan bahwa umur kami bahkan sudah mendekati 24 tahun. Hahaha... Dengan ekspresi permintaan maaf, petugas India tersebut mempersilahkan masuk dan mewanti-wanti untuk tidak merekam apapun yang ada didalam. Tapi emang dasar Aya norak, dia merekam diam-diam sebelum akhirnya di tegur oleh petugas yang berbadan besar dan tegap. "Engga kenal mas, saya engga kenal sama perempuan norak ini." Ucap saya dalam bahasa Indonesia (yang tentu tidak dimengerti) dan terus berjalan menjauhi Aya yang dari tampangnya sih belom kapok.
Setelah memutar-mutar kebingungan, akhirnya kami sampai juga di 'pelabuhan' Gondola. Setelah membeli tiket seharga MOP/HKD 118, kami menunggu giliran di antrean yang tidak terlalu panjang, hanya ada sekeluarga orang india yang berisik karena mungkin sangat exciting. Seperti kami. Ada 3 canal yang dapat kita gunakan yaitu Grand Canal, Marco polo, dan San Luca. Kami sekarang berada di Grand Canal. Bukan karena ini pilihan kami, tapi karena ini yang pertama kali kami temukan. :|
Para Gondoliers sangat ramah dan lucu. Ketika giliran kami, sang gondoliers kami memperkenalkan diri. Dia orang Kolombia keturunan Filipina. Suaranya?? Mantaappp.. Kami mengarungi canal pendek, tiba di ujung kami berpuar-putar sambil si gondoliers bernyanyi untuk kami.

Setelah selesai, kami berjalan-jalan sebentar. Kami menemukan toko Victoria Secret yang menjual brand-brand ala model papan atas itu. Didepan toko di pajang sebuah sayap yang pernah dipake Heidi Klum berwarna merah muda, kami tidak melewatkan berfoto-foto sebentar seakan-akan sedang memakai sayap itu (yang tentu saja tidak pas karena ukuran tubuh kami). Setelah puas, kamo kemudian masuk lagi ke kasino. Kali ini melihat-lihat orang-orang yang menghabiskan duit mereka. Eengg tidak semuanya sihh. Karna ada 1 orang yang saya tebak adalah orang Jepang yang menang banyak cuma dengan bermodalkan MOP 50.

Setelah puas, kami ke terminal khusu bus The Venetian yang berada disamping gedung The Venetian. Kami mengambil bus menuju Ferry Terminal, dan melanjutkan ke hostel. Jam menunjukkan pukul 9 saat kami tiba di Senado Square, berfoto-foto sebentar dan kemudian pulang untuk tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar